LAMPUNG UTARA - Deru mesin truk pengangkut batubara nyaris tak pernah berhenti di Jalan Lintas Sumatera, wilayah Kotabumi, Lampung Utara. Dari pagi hingga malam, kendaraan berukuran besar itu melenggang tanpa henti, membawa muatan berat yang seolah menantang batas jalan dan kesabaran warga sekitar.
Kondisi ini menjadi potret klasik lemahnya penegakan aturan Over Dimension Over Loading (ODOL) di Provinsi Lampung. Janji penertiban dari aparat dan pemerintah daerah yang pernah digaungkan berulang kali, kini tinggal kenangan atau bahkan bahan cemoohan di warung kopi pinggir jalan.
“Sudah males dek, enggak percaya lagi sama janji itu. Demo udah berulang kali, katanya mau di stop, mau ditindak, tapi buktinya mobil batubara masih lewat tiap hari,” keluh Endri, sopir ojek pengkolan yang setiap hari mangkal di perempatan lampu merah Kebun Empat, Kotabumi, Senin 03 November 2025.
Endri bercerita, hampir setiap hari ia melihat puluhan truk batubara melintas di depan matanya. Kadang, saat waktu senggang, Ia iseng menghitung berapa jumlah kendaraan tambang yang lewat.
“Kalau hari biasa bisa 20 sampai 30 mobil lewat selama saya mangkal. Tapi waktu ada kabar Pak Prabowo mau datang ke Lampung Utara, siang-siang sepi, enggak ada yang lewat. Lucu juga, kayak tahu aja,” ujarnya sambil terkekeh getir.
Meski sering mengeluh, Endri mengaku sudah tak mau repot memikirkan soal penertiban ODOL. Hidup, baginya, lebih berat dari sekadar berharap pada janji yang tak pasti.
“Daripada mikirin truk batubara, mending mikirin cari rezeki buat beli beras. Sekarang apa-apa mahal dek,” ucapnya lirih.
Keluhan serupa datang dari Sutrisno (57), warga Simpang Propau, Abung Selatan. Ia mengatakan, keberadaan truk batubara tak hanya merusak jalan, tapi juga membuat warga was-was saat menyeberang.
"Untung sekarang ada ‘pak ogah’ yang bantu nyebrang. Ngasih dua ribu juga enggak apa-apa, yang penting selamat," tuturnya.
Sutrisno berharap pemerintah bisa mengatur jam operasional truk batubara agar tidak melintas di siang hari. Menurutnya, volume kendaraan besar di waktu sibuk sering menimbulkan kemacetan dan kecelakaan kecil.
"Kalau bisa lewat malam aja, biar enggak ganggu kendaraan kecil. Jalan lintas sekarang juga bergelombang, bawa motor aja ngeri. Selip dikit bisa jatuh ke aspal,” imbuhnya.
Lampung Utara kini menjadi panggung kecil dari drama besar antara kepentingan ekonomi dan keselamatan publik. Bahkan cenderung membawa petaka dalam setiap ceritanya.
Meninggalkan debu, jalan berlubang, dan rasa lelah yang tak terobati di hati warga kecil yang tiap hari harus berbagi jalan dengan raksasa besi bernama truk tambang batubara.
Abi
